Jumat, 20 Agustus 2010

Antara Melawak dan Menulis Cerita

Di postinganku sebelum2nya aku pernah bilang bahwa aku ingin bisa melawak. Ternyata adik bungsuku lebih pandai melawak daripada diriku. Ya, kadang dia akan menjadi sangat menyebalkan, tetapi di saat bersamaan dia bisa membuatku terbahak-bahak. Dia lakukan itu secara spontan. Dia juga pandai berbicara dan membalas kata-kata orang lain. Memang hal tersebut kadang bisa sangat menyebalkan, tetapi bagiku itu sangat lucu. Mungkin aku harus belajar banyak darinya.

Setelah menulis postinganku sebelumnya yang berupa cerpen. Aku merasa ada kepuasan tersendiri saat menulis cerita. Yeah, probably it was because the story is based on true story. Mungkin aku harus mencoba untuk menulis cerita lain. Cerita yang berasal dari imajinasiku sendiri. Sepertinya asyik juga menjadi penulis cerpen. Hmmm, I'll try it.


I Knew I Loved You before I Met You

Maybe it's intuition
But some things you just don't question
Like in your eyes
I see my future in an instant
And there it goes
I think I've found my best friend
I know that it might sound more than a little crazy
But I believe

I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life

There's just no rhyme or reason
Only this sense of completion
And in your eyes
I see the missing pieces
I'm searching for
I think I've found my way home

I know that it might sound more than a little crazy
But I believe

I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life
(add the whos here)

A thousand angels dance around you
(and the whos here)
I am complete now that I've found you
(and the whos here)

I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life
(and the whos here)

***********************************************************************************

I hate this song very much now.

Rabu, 18 Agustus 2010

Mengapa Aku Jatuh Cinta Kepadamu?

Adel adalah seorang gadis tomboy nan ambisius. Dia terkesan galak, ketus, dan angkuh. Sedikit pun dia tak menampakkan sisi kewanitaannya. Dia adalah tipe wanita tangguh dan mandiri. Bisa dikatakan bahwa hidupnya baik-baik saja. Dia tidak pernah memusingkan masalah-masalah kecil yang menimpanya. Dia hadapi segalanya dengan optimis dan penuh percaya diri. Hidupnya tampak sangat bahagia.

Saat teman-teman sebayanya sudah merasakan jatuh cinta kepada lawan jenis, dia tidak demikian. Dia pun tidak memusingkan hal tersebut. Dia merasa hidupnya baik-baik saja tanpa perasaan seperti itu. Justru dia menganggap perasaan semacam itu justru akan mengganggunya dan merusak hidupnya. Dia merasa beruntung tidak merasakan perasaan semacam itu.

Hidup Adel terus bergulir. Usianya sudah menginjak kepala dua. Dia bukan remaja lagi. Dia mulai khawatir karena perasaan tertarik terhadap lawan jenis tidak juga muncul. Sempat dia berpikir bahwa dia tidak normal. Akan tetapi, seperti biasa dia tidak pernah memusingkan masalah-masalah kecil seperti itu. Life goes on.

Adel adalah orang yang ambisius. Tentu saja dia akan merasa iri dan terganggu jika ada orang yang memiliki prestasi yang dia sendiri tak bisa meraihnya. Rasa iri itu akan muncul di hatinya walaupun hanya setitik. Ya, tiba-tiba saja dia mendengar seseorang mencapai prestasi akademik yang sangat gemilang di kampus. Orang tersebut tidak sejurusan dengannya dan dia tidak mengenalnya, tetapi tetap saja dia merasa terganggu. Orang tersebut bernama Dito. Dito tidak populer di kampus karena di kampus orang yang aktif dalam bidang kemahasiswaan lebih populer daripada yang berprestasi dalam bidang akademik.

Segala perasaan bercampur aduk dalam diri Adel. Adel merasa terganggu, merasa kesal dan benci kepada Dito. Namun, dia tak bisa menyalahkan Dito atas apa yang terjadi. Salah Adel sendiri kenapa tidak bisa seperti Dito. Adel menyesali ketidakmampuannya dan terus menyalahkan dirinya sendiri. Walaupun begitu, Adel mengakui kehebatan Dito. Adel kagum atas prestasi yang dicapai oleh Dito dan perasaan kagum tersebut berubah menjadi rasa suka. Saat orang menyebut nama Dito, jantung Adel berdegup kencang.

Sedikit rasa lega muncul pada diri Adel. Dia akhirnya mengetahui bahwa dirinya adalah wanita normal. Rasa penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang Dito meliputi diri Adel. Akan tetapi, dia tidak ingin mencari informasi lebih dalam mengenai Dito atau hanya sekedar melihat wajahnya. Dia takut jika dia mengetahui Dito yang sesungguhnya akan mengakibatkan perasaannya berubah terhadap Dito. Ada tiga kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, Adel akan semakin menyukai Dito dan mungkin perasaan itu akan mengganggu aktivitasnya. Kedua, perasaan Adel terhadap Dito akan pudar dan hal itu akan menghilangkan semangat dan motivasinya karena rasa kagum terhadap Dito selama ini menjadi pelecut semangatnya untuk mengejar prestasi yang diraih Dito, walaupun Adel tahu rasanya hampir tidak mungkin menyamai prestasi Dito, apalagi melampauinya. Ketiga, perasaannya terhadap Dito sama sekali tidak berubah dan inilah yang Adel harapkan. Salah satu dari tiga kemungkinan tersebut bisa terjadi dan Adel tidak mau ambil risiko jika kemungkinan pertama atau kedua yang terjadi. Adel pun tidak mau mencari informasi lebih jauh tentang Dito dan hanya mengagumi Dito prestasi-prestasi Dito yang ia dengar dari orang-orang di sekitarnya.

Hidup Adel pun terus berlanjut seperti itu. Mengagumi seseorang yang tidak ia kenal, bahkan sosoknya pun ia tidak tahu. Dia merasa nyaman seperti itu. Hidupnya tampak sangat baik-baik saja.

Adel pun lulus dari perguruan tinggi. Dia pun diterima bekerja di tempat yang dia inginkan. Sebelum dia menjadi karyawan di perusahaan tersebut, dia harus menjalani training terlebih dahulu. Dia berkenalan dengan teman-teman baru sesama trainee, termasuk seorang pria bernama Dito. Ya Tuhan, ternyata dia adalah Dito yang selama ini Adel kagumi. Saat itu adalah pertama kalinya Adel melihat sosok Dito yang ia kagumi. Dito tidak tampan, tetapi dia sangat ramah. Jantung Adel berdegup sangat kencang saat menyadari bahwa sosok di hadapannya adalah Dito yang ia kagumi. "Ya Tuhan, mengapa Engkau pertemukan aku dengannya?"

Adel dan Dito pun berkenalan dengan trainee-trainee yang lain, salah satunya bernama Elva. Elva adalah wanita yang sangat enerjik dan menarik. Dia sangat ceria. Banyak kesamaan yang Adel temukan antara dirinya dengan Elva. Hanya saja Elva tidak terlihat angkuh seperti Adel dan Elva jauh lebih supel daripada Adel. Dalam waktu yang singkat Elva bisa akrab dengan semua trainee. Dia tampak sangat menonjol di antara para trainee.

Dito adalah orang yang sangat kompeten dan berbakat. Dia melakukan semua pekerjaannya dengan sempurna, sehingga semua orang sering meminta bantuannya, termasuk Adel. Walaupun sangat berbakat dan cemerlang, Dito sangat ramah dan sama sekali tidak sombong. Dia selalu bersedia membantu orang lain. Hal ini tentu saja membuat Adel semakin terpesona kepadanya.

Semakin lama Adel semakin menyukai Dito. Namun, dia tidak ingin ada yang tahu mengenai perasaannya terhadap Dito. Dia terlalu angkuh untuk mengakuinya. Kadang dia salah tingkah saat berdekatan dengan Dito. Untuk mengatasinya Adel memutuskan untuk tidak akan terlalu dekat dengan Dito. Dia memutuskan untuk lebih akrab dengan trainee-trainee lain selain Dito.

Akhirnya, masa training selesai. Para trainee ditempatkan sesuai dengan kompetensinya masing-masing dan ternyata Adel dan Dito ditempatkan di divisi yang sama. Hal ini membuat Adel akan semakin dekat dengan Dito karena mereka harus bekerja bersama-sama. Adel akan menghabiskan sebagian besar waktunya di dekat Dito. Jika orang lain yang mengalami hal tersebut, tentu hal itu merupakan suatu peluang. Akan tetapi, tidak bagi Adel. Dia merasa sangat terganggu dengan keberadaan Dito. Konsentrasinya buyar karena Dito, pekerjaannya tidak sebaik yang diharapkan. Adel pun akhirnya lebih sering menghindari Dito karena dia sering salah tingkah di dekat Dito. Adel pun lebih dekat dengan karyawan-karyawan lain daripada dengan Dito. Namun, semakin lama Adel dapat mengendalikan perasaannya. Dia tidak salah tingkah lagi menghadapi Dito, walaupun akhirnya Adel tidak terlalu akrab dengan Dito.

Waktu berlalu. Adel pun mempertahankan kehidupannya seperti itu, mencintai Dito secara diam-diam tanpa ada orang yang tahu. Semuanya tampak normal sampai suatu hari Adel mendapatkan undangan pernikahan Dito dan Elva. Hati Adel hancur seketika. Jadi, selama ini saat Adel menghindari Dito, Dito justru dekat dengan Elva. Mengapa harus dengan Elva, padahal mereka berbeda divisi dengan Elva? Seharusnya Adellah yang bisa lebih dekat dengan Dito daripada Elva. Adel tiba-tiba saja menyesali tindakannya menghindari Dito. Mengapa harus Elva? Elva tidak terlalu berbeda jauh dengan Adel. Mengapa Dito memilih Elva? Adel mungkin akan lebih bisa menerima jika Dito menikah dengan wanita lain yang tidak Adel kenal. Mengapa harus Elva? Mengapa?

Semua orang di kantor mengucapkan selamat kepada Dito dan Elva. Ternyata selama ini mereka tahu bahwa Dito dan Elva berhubungan. Lalu, mengapa hanya Adel yang tidak tahu? Selama ini Adel terlalu menutup dirinya dengan semua fakta mengenai Dito. Dia terlalu takut untuk mendapatkan kekecewaan. Namun, akhirnya fakta mengenai Dito harus terungkap dan Adel pun harus mengalami kekecewaan.

"Ya Tuhan, mengapa aku harus jatuh cinta kepadanya? Mengapa Kau berikan aku rasa itu jika akhirnya aku harus kecewa? Mengapa Kau pertemukan aku dengannya? Mungkin akan lebih baik bagiku jika aku tidak pernah mengenalnya."

*********************************

Doushite Kimi wo Suki ni Natte Shimattandarou?

Doushite kimi wo suki ni natte shimattandarou?
Donna ni toki ga nagarete mo kimi wo zutto
Koko ni iru to omotetta noni

Demo kimi ga eranda no wa chigau michi

Doushite kimi ni nani mo tsutaerarenakattandarou?
Mainichi maiban tsunotteku omoi
Afuredasu kotoba wakatteta noni

Mou todoukanai

Hajimete deatta sono hikara
Kimi wo shitteita ki ga shitanda
Amari ni shizen ni tokikonde shimatta futari

Doko ni iku nori mo isshou de
Kimi ga iru koto ga touzen de
Bokura wa futari de otonaninatte kita

Demo kimi ga eranda no wa chigau michi

Doushite kimi wo suki ni natte shimattandarou?
Donna ni toki ga nagarete mo kimi wo zutto
Koko ni iru to omotteta noni

Mou kaerenai

Tokubetsuna imi wo motsu kyou wo
Shiawase kao de tatsu kyou wo
Kirei na sugata de kami sama ni chigatteru kimi wo

Boku janai hito no tonari de
Shukufukusareteru sugata wo
Boku wa douyatte miokureba ii no darou?

Mou doushite kimi wo suki ni natte shimattandarou?
Ano koro no bokura no kokoro

Mou modoranai
Kangaeta
(mou modoranai)
kangaeta

Doushite kimi no te wo tsukami ubaenakattandarou?
Donna ni toki ga nagarete mo kimi wo zutto

Boku no yuko ni iru hazu datta
Mou kaerenai

Sore demo kimi ga boku no soba hanareteite mo
Eien ni kimi ga shiawase de iru koto tada negatteru

Tatoe sore ga donna ni sabishikute mo
Setsunakutemo

*********************************

Q: "Ceritanya udahan? Cuma segitu? Atau ntar bakal disambung?"

A: "Ceritanya memang sengaja diakhiri sampai situ. Entah akan disambung atau tidak, saya belum tahu. Ya, emang sengaja diakhiri sampai situ biar yang baca menentukan sendiri langkah apa yg akan diambil oleh Adel. Saya ingin pembaca merasakan sendiri bagaimana menjadi Adel dan memilih tindakan dan akhir cerita sendiri. Baik atau buruk terserah kalian."

Q: "Trus kok apaan ada lirik lagu di bawahnya?"

A: "Itu lagu untuk soundtrack cerpen ini."

Q: "Lho? Cerpen kok ada soundtracknya? Macem pelem aja."

A: "Biarin aja, suka2 gw yg bikin nih cerpen. Siapa tau ntar cerpen ini dibikin pelem dan gw ingin lagu ini yg jadi soundtracknya. Gw nulis cerpen ini sambil denger lagu itu. Itu lagu favorit gw. Lagian cerpen ini judulnya diambil dari lagu tersebut. Yeah, walaupun cerita di cerpen ama cerita di lagu ga terlalu mirip, tapi nasib si tokoh utamanya ga jauh beda lah."

Q: "Emang tuh lagu nyeritain apa?"

A: "Ah, gw males nyeritain lagi. Dah pernah gw bahas di postingan gw beberapa waktu lalu."

Q: "Ini cerita terinspirasi kisah nyatakah?"

A: "No comment! Tuh liat aja di bawah! Udah ah, jangan nanya mulu!"

*********************************

Cerpen ini terinspirasi dari:
  1. kisah nyata,
  2. film: Kuch Kuch Hota Hai,
  3. lagu: 25 Minutes (Michael Learns to Rock), Doushite Kimi wo Suki ni Natte Shimatandarou? (Tohoshinki),
  4. novel: Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih (Habiburrahman El Shirazy).
Theme song:
Chori Chori Chupke Chupke (OST. Chori Chori Chupke Chupke)
Doushite Kimi wo Suki ni Natte Shimattandarou? (Tohoshinki)
I Knew I Loved You Before I Met You (Savage Garden)
Tujhe Yaad Na Meri Aaye (OST. Kuch Kuch Hota Hai)

*********************************

Andaikan tokoh Adel ini nyata, saya ingin memberi saran, "Del, coba baca Ayat-Ayat Cinta ama KCB gih!"

Nama-nama tokohnya adalah fiktif, walaupun di dunia nyata saya mengenal orang bernama Adel, Dito, dan Elva. Namun, sungguh bukan mereka yang dimaksud.

Cerita di atas juga tidak terlalu spesifik menjelaskan prestasi apa yang diraih Dito, bidang apa yang didalami oleh mereka, dan perusahaan yang bergerak dalam bidang apa tempat mereka bekerja. Biarlah hal-hal tersebut jadi open problem. Prestasi apapun, bidang apapun, perusahaan apapun bisa. Sebenarnya, alasan saya tidak menjelaskan secara detail mengenai bidang dan perusahaannya adalah karena pengetahuan saya yang sangat minim mengenai dunia kerja. :p

Q: "Jadi, kisah nyatanya siapa nih?"

A: "Grrrrrrrrr! >_< Dah gw bilang jangan nanya lagi!!!" (angry)
* mengeluarkan jurus kame hame

*********************************

Sebenarnya ada beberapa ending yang terpikirkan, tetapi saya bingung memilih ending yang mana.

Versi I: (tragis)
Pada hari pernikahan Dito dan Elva, Adel memutuskan untuk tidak datang dan malah bunuh diri di kamarnya dengan cara meminum racun atau memotong nadinya atau gantung diri, sehingga seluruh teman kantornya yang sedang berada di acara pernikahan Dito dan Elva terkejut mendengar kabar ini dan tidak ada lagi keceriaan di tempat tersebut. Seluruh teman kantor Adel yang sedang berada di sana langsung bergegas pergi melayat Adel.

Versi II: (happy ending)
Adel menghadiri pernikahan Dito dan Elva, memberikan ucapan selamat dengan perasaan teriris-iris dan hampir menangis di pelaminan sambil tersenyum penuh kepalsuan. Setelah itu, dia berusaha keras untuk melupakan Dito. Karena sulit bagi Adel untuk melupakan Dito jika Dito selalu berada di dekatnya, maka Adel memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya dan mengasingkan diri ke luar negeri. Kira-kira negara mana yang dipilih Adel ya? Di sana dia bertemu dengan seseorang yang dapat menggantikan posisi Dito di hatinya. Cieee...

Versi III: (datar)
Adel adalah orang yang cuek dan tidak pernah memusingkan hal-hal sepele. Dia menganggap hal ini sebagai hal yang sepele dan menyadari kalau jodoh itu diatur oleh Yang Mahakuasa, sehingga Adel baik-baik saja walaupun pada awalnya pasti merasa sangat sakit. Adel melanjutkan hidupnya dengan normal seolah tidak ada hal buruk yang terjadi. Life goes on...

Theme song:
Life Goes On (Leann Rhymes)

Versi IV: (jahat)
Adel merasa hatinya sakit tak tertahankan. Seketika dia jadi sangat membenci Dito dan Elva. Perasaan cinta kepada Dito berubah jadi benci. Ingin rasanya ia membunuh Elva. Adel merencanakan pembunuhan terhadap Elva (rencana pembunuhannya tidak terpikirkan oleh saya dan saya pun tidak ingin memikirkannya). Adel pun berhasil menyingkirkan Elva dari muka bumi. Yeah, kejahatan Adel terungkap dan ia dihukum sesuai dengan kejahatannya (saya tidak tahu-menahu mengenai hukum, jadi saya tidak tahu hukuman apa yang sesuai untuk Adel).

Theme song:
Cemburu (Dewa)
 
Versi V: (jahat juga sih, tapi lebih 'cerdas' -_-)
Adel membunuh Elva seperti pada versi IV. Akan tetapi, kejahatan Adel tidak terungkap dan jasad Elva tidak pernah ditemukan. Elva dinyatakan hilang. Dito dan keluarga Elva berusaha keras mencari Elva, tetapi nihil. Walaupun Elva sudah lenyap, Adel tidak berniat untuk mendapatkan cinta Dito karena Adel sudah sangat membenci Dito dan senang Dito menderita.

Theme song:
Cemburu (Dewa)
 
Versi VI: (nekat, konyol)
Adel pergi menghadiri pernikahan Dito dan Elva. Namun, saat menghampiri Dito dan Elva di pelaminan. Adel menikam mereka berdua dengan pisau. Adel dipenjara, Elva meninggal dunia, dan Dito bisa diselamatkan. Pada awalnya Dito merasa tertekan dan ingin bunuh diri. Namun, percobaan bunuh dirinya dapat digagalkan oleh keluarganya. Dito pun menaruh dendam kepada Adel dan berusaha membalas dendam dengan membobol penjara untuk menyerang Adel. Terjadilah pertarungan antara Dito dan Adel. Wkwkwkwk...
Kok gw ngebayanginnya kayak di pelem2 silat gitu -_-
Ngga ah, kayaknya gw lebih suka pertarungan antara Naruto dan Sasuke di air terjun, the best fighting scene I have ever watched. Jadi, siapa yang menang? Keduanya mati terkena jurus Rasengan dan Chidori -_-
Wkwkwkwwk, makin ngasal aja nih cerita.

Theme song:
Michi-To You All (Aluto) 

Versi VII: (bodoh)
Adel meracuni makanan yang terhidang di resepsi pernikahan Dito dan Elva (entah bagaimana cara Adel melakukannya). Semua orang yang hadir menyantap makanan tersebut dan semuanya mati termasuk Dito dan Elva. Karena Dito juga mati, Adel merasa hidupnya tak berarti lagi, sehingga dia pun ikut menyantap makanan tersebut dan kemudian mati.

Versi VIII: (unhappy)
Adel menyantet Elva, sehingga akhirnya Elva meninggal dunia. Kemudian, Adel berusaha untuk mendapatkan cinta Dito. Kemudian, Adel menikah dengan Dito. Akan tetapi, karena pernikahan mereka diawali oleh sesuatu yang buruk, maka pernikahan mereka tidak berjalan mulus dan mereka akhirnya bercerai.
 
Theme song:
Cemburu (Dewa)
 
Versi IX: (psikopat)
Entah iblis apa yang merasuki Adel. Adel berubah menjadi sangat gila. Pada hari pernikahan Dito dan Elva, Adel membom gedung tempat acara pernikahan dilangsungkan. Ternyata itu saja tidak cukup, Adel berubah jadi membenci seisi dunia. Dia bergabung dengan tikus putih bernama Brain dan temannya, Pinky, untuk menguasai dunia. Mereka pun mengumpulkan dragon balls untuk menghidupkan kembali tokoh-tokoh jahat seperti Cell dan Freezer untuk membantu mereka menguasai dunia.

Versi X: (win win solution)
Walaupun Dito dan Elva sudah menikah, Adel masih tetap mengharapkan cinta Dito. Dito pun akhirnya mengetahui perasaan Adel dan menjadikan Adel sebagai istri keduanya. Mereka bertiga hidup rukun.

Versi XI: (egosentris)
Sebenarnya selama ini Dito juga menaruh hati kepada Adel. Akan tetapi, Adel yang selalu menghindar membuat Dito mengira bahwa Adel tidak menyukai dirinya. Sampai sesaat sebelum pernikahannya, Dito masih belum bisa menghapus perasaannya terhadap Adel. Dito pun memutuskan untuk membatalkan pernikahannya dengan Elva dan menemui Adel untuk menyatakan perasaannya. Saat Dito menyatakan cintanya, Adel merasa kaget dan ingin menangis. Akan tetapi, karena Adel terlalu angkuh, ia menolak Dito dan menyuruh Dito kembali kepada Elva. Karena pernikahan sudah terlanjur dibatalkan dan Elva sudah terlanjur sakit hati, Dito pun tidak kembali kepada Elva. Mereka bertiga menempuh jalan masing-masing. Karena keangkuhannya, Adel tidak pernah mengakui bahwa dirinya mencintai Dito dan melanjutkan hidupnya dengan tetap bekerja di perusahaan tempatnya bekerja. Dito pun gengsi jika harus mengundurkan diri dari pekerjaannya hanya karena ditolak oleh Adel. Life goes on...

Theme song:
Life Goes On (Leann Rhymes)

Udah ah cape...

Q: "Kok ga ada ending di mana Adel bisa hidup bahagia berdua dengan Dito?"

A: "Males, terlalu biasa. Eh, kok loe masih idup sih setelah gw kame hame?"

Q: "Yg loe kame hame tuh bunshin gw. Xixixixxi... Gw sudah menduga klo loe bakal ngamuk2, makanya gw ngeluarin bunshin."

A: "-_-, pinter juga loe ternyata."



Jumat, 13 Agustus 2010

Why do I Feel Sad?

Why do I feel sad?
This is a holy month. I suppose to be closer to Allah.
But, why do I feel sad?
There must be something wrong with me.
I feel so empty.
I feel that Allah is so far from me.
Allah, please forgive my sins.

I know it is not a right thing to think the others except You.
But, I feel that I can't handle my feeling.
It's not because I can't, but I don't want.
I know it is wrong, so maybe this is a sin.
Allah, my Lord, please give me strength to face it.

I always tell my friend to be close to You, but now it is me who is far from You.
Sometimes I feel that I am so miserable.
Sometimes I just want to die, but it is a big sin.
My sins have been to much.
I am to scare of Your hell, Your anger.
Like all other muslims, I want to meet You either.

Ga Jelas

Minggu pertama kuliah, asli nyampah banget dah.
Masih bingung apa yg harus dilakukan.
Masih ga mood bwt belajar.
Otak rasanya blm bisa diajak kompromi.
Masa malah main game coba.
Kalau dah punya kunci ruangan mungkin enak kali ya.
Bisa belajar di ruangan dengan tenang.
Kalau di lab ya gini, main game mulu.

Bukannya bulan ramadhan setan tuh dirantai ya?
Kok aku masih aja males ngapa2in.

Bingung bingung bingung...

Senin, 02 Agustus 2010

Harvest Moon: Back to Nature

Harvest Moon: Back to Nature is a video game in the farm simulation series Harvest Moon, developed by Victor Interactive Software. It is the only Harvest Moon game developed for the PlayStation, as well as the first Harvest Moon game for a non-Nintendo console. Characters from Harvest Moon 64 were transferred to be the characters in this game, although with new lifestyles, personalities, and relatives, including the wooable girls from Harvest Moon 64 (Ann, Elli, Popuri, Maria [known as Mary], and Karen).
A girl-oriented remake, Bokujō Monogatari Harvest Moon for Girl (or simply "for Girls"), was also developed, but until 2007, had not seen a localized English release. The setting of this game was later transferred to the 2003 and 2005 Game Boy Advance games Harvest Moon: Friends of Mineral Town and Harvest Moon: More Friends of Mineral Town. Also, the game was coupled with the girl version and ported in 2006 (2007 for North America) as Harvest Moon: Boy & Girl for the PlayStation Portable, although the box art and instructions portrayed it as a completely new game. In 2008, Marvelous Interactive released Harvest Moon: Back to Nature and Bokujō Monogatari Harvest Moon for Girl for the PlayStation 3 and PlayStation Portable via the PlayStation Network.



Gameplay

In the game, Jack (who can be renamed if the player so wishes; but his given name pertains his memories and his destiny to take over his grandfather's farm) begins with a ramshackle farm, enough money to begin small-scale crop farming and no standing within the Mineral Town community. Over the course of the game, the player must build a thriving farm, and become friends with the citizens of Mineral Town. Whilst gameplay typically involves the acts of farming itself and interacting with the people the character meets, almost all of the actions a player makes must be balanced with the two most overriding factors of the game, time and money. A third factor, energy, threads through them both, but not in all circumstances and to an ever-decreasing extent as the game progresses.
Time passes whilst players traverse the village or remain outside buildings. The growing of crops and raising of livestock requires daily attention and the expenditure of time. The old and inefficient tools the player begins the game with cause crop farming to be a slow and unproductive way of earning money. Upgrading the tools requires time and money. Once the tools have been upgraded, it allows the player to farm more efficiently, resulting in more crops being grown at once. This results in more money being earned and more options becoming available. As the cashflow increases, the ability to upgrade tools further, buy more seeds of a higher quality at once and purchase livestock enables the player to increase their earnings yet further.
Players who find that they have purchased enough upgrades, extensions and stock for the farm and begin to keep their profit from farming will also find that they have suddenly acquired a lot of time as well. Instead of toiling over small patches of crops, they'll be tending far greater amounts of crops yet spending a fraction of the time doing so. This slow build-up to a sudden change of fortunes is a trademark of the Harvest Moon series. The common factor in this sudden turnaround of fortunes is the poor state of the farm at the beginning of the game, several of the game's 'days' are spent making the fields suitable for seed planting. This also is a common occurrence in the Harvest Moon series.
In Back to Nature, since the passing of Jack's grandfather, the farm has fallen into disuse and the fields have become overgrown with weeds. Once this initial obstacle is cleared, the player can then start to expand on these most basic tasks as they proceed to build up the value of their produce. There is no requirement for crops to be planted immediately or for any other tasks to be performed upon starting a new game, though players have a limited number of days before being asked to leave the farm if it remains in disrepair.
Energy is the other concern facing players who wish to be successful, particularly in the early stages of the game. The main character can perform a limited amount of tasks each day. Rather than displaying an energy bar, the game instead shows the character becoming more tired as he performs more tasks and spending time in a daze. Repeatedly pushing Jack beyond exhaustion will result in him passing out and having to visit the local hospital. Jack's maximum energy can be increased by locating hidden "power berries" scattered throughout the town. Energy can be regained through rest, eating, or visiting the local hot springs.
The weather can affect how the player completes their goals during that day. Regardless of season, most days are calm and do not cause adverse or positive affects on the player's activities. Rainfall results in crops being watered without player intervention, freeing time to pursue other goals, but at the same time, can cause the player to develop a cold, forcing him not to work for a day. Hurricanes and blizzards cause the destruction of crops, the loss of certain livestock if they're left outside and also prevent the character from leaving his home for the day.
Years ago, the main character, Jack, came to his grandfather's farm for the summer. His grandfather was too busy taking care of the farm to spend much time with the boy, but the boy was free to explore the town and the forest as he wished. Jack befriended his grandfather's puppy and met a little girl his own age with whom he became close friends.
When the summer was over, the boy had to go back home, but he promised the little girl that he would return someday. He was waiting a very long time to meet her again
When Jack's grandfather died years later, Jack had grown into a young man, and he came to the town again to take over the farm. The mayor talked things over with the village, and they had decided that Jack could stay as the rightful owner if he could restore the farm back to its original state. But if Jack couldn't restore the farm, or wasn't able to get along with the villagers, he would have to leave.

Dating

There are 5 different girls that the player has an oppurtunity to date with and marry, which can be achieved by giving the specific girl an amount that multiplies with hundred of her favorite gift.[3]

Outbuildings

The barn holds your cows and sheep, like the farmhouse this building can be expanded. Players interested in keeping livestock will spend time talking to their animals, brushing and feeding them in this building. If they are healthy and happy, you can get milk from the cows daily, and wool from the sheep weekly. The barn is where wool and milk processing machinery will be delivered, once they are purchased.
The stable provides living space for a horse, should the player choose to accept an invitation to care for the animal. You do not need to feed him, but he does prefer to be outside. If players treat their horse well, he will become an adult and can help carry crops. This enables Jack to work more efficiently as he doesn't have to run back to the shipping box when his inventory is full. If the horse is not properly cared for, there is a chance he may be removed from the farm.
The chicken coop provides room for five birds but can be expanded like the farmhouse. After the expansion you can keep up to 10 chickens. There is also an incubator to hatch chicks. The egg processing machine will be placed here if purchased by the Player.
All livestock can be taken or lead outside in order to feed themselves, though all dislike being left out in bad weather or during rain.
Though all the outbuildings which house livestock are present from the outset, players must pay for a hothouse to be built if they require one. Within the hothouse, any crop can be grown, even those out of season. Purchasing the hothouse enables crops to be grown and harvested during winter; this being the only way to farm crops during that season. Extreme weather conditions can destroy the hothouse, since it is not built to withstand such force. Players must consider whether they're willing to risk the expense of losing the hothouse and its contents, balanced by the opportunities it presents.

Arable land

You can clear the land by pulling weeds, breaking rocks, and chopping stumps for lumber. Your first hammer and axe are capable of dealing with only small rocks and branches (you can also just put the rocks and branches in your rucksack, and move them to another part of the field where they won't be in the way). After you upgrade the tools at least once, you can chop up stumps and break the large, smooth rocks. To do this, equip the appropriate tool, face the object, then hold and swing six, three, two or one times without moving, depending on which ore you upgraded your tool with. If you move, you will have to start over.
Upgraded tools will break and chop things with fewer strokes. The heavy and bulky rocks(not the smooth ones)cannot be broken with the first hammer upgrade.
Once you have cleared the land, you can till it using a hoe and then plant seeds. If you water the seeds daily, they will grow, and eventually you can harvest them and sell the crops. Some crops are single-harvest (such as potato) while others multi-harvest able (such as corn) and will give harvests until the season changes and the crops die,unless if you have a 'hothouse'.
There is a different set of crops for each season (spring, summer, fall), and none can be grown in winter without the purchase of a 'hothouse' in which all types of seeds can be grown.
Once you get the fishing pole from Greg and are able to catch fish, you can add any fish to the pond by throwing them into the water. Should you decide to raise fish you will need to feed them daily. In doing so they will breed. The fish do grow up (small fish become medium fish then become big fish). However during the winter the pond freezes over making feeding and removal of the fish impossible. (It can be noted that the player is free to remove the fish, store them in their refrigerator for any period of time and return them to the fish pond with no negative effects.)

Mineral Town and surrounding area

Many characters tend to live within mineral town, making visits worthwhile for new information. The townspeople follow a routine around the town, and most of the houses are available for exploration. Mineral Town also contains shops for seeds, farming machinery, wine, and other items. Buying livestock is done within town, and expected buildings common to towns such as a church, library, inn, clinic, and more. Outside of the town one can find the blacksmith to upgrade tools and buildings. Located also out of town include several mines, and a mountain top that is considered a romantic place for couples.
Festivals take place within the town on a yearly schedule. Befriending townspeople result in one being invited to more festivals rather than watching the television and showing up day of.

Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Harvest_Moon:_Back_to_Nature
***********************************************************************************

Ingin maen Harvest Moon!!!!!!!!!!!!!!!!

Hooo...
Harvest Moon, game favoritku.

Yeah, salah satu hobiku yang belum pernah diceritain di blog ini adalah main game. Ga semua game aku suka sih. Aku suka game2 simulasi seperti Harvest Moon dan The Sims. Aku suka menyusun dan mendesain, tetapi bukan berarti aku pandai menyusun dan mendesain. Aku suka merencanakan sesuatu, tetapi bukan berarti aku pandai membuat rencana.

Jika The Sims adalah game yang visualisasinya mirip dengan manusia asli, visualisasi Harvest Moon berupa kartun, sangat lucu. Berhubung saya suka kartun, saya lebih suka visualisasi Harvest Moon daripada The Sims. Berikut ini beberapa contohnya.



Lucu kan gambarnya?

Harvest Moon: Back to Nature adalah game untuk konsol PSone. Saya mulai memainkannya pada pertengahan 2003. Beberapa kali saya mengulang memainkan game tersebut. Saat pertama kali main, saya belum mengetahui informasi apa-apa mengenai game ini, sehingga banyak target yang tidak tercapai. Kemudian, pernah juga saya menggunakan game shark agar uangnya banyak, sehingga target utuk membeli barang-barang, membangun rumah, membeli ternak bisa segera terpenuhi. Akan tetapi, rasanya hambar, tidak menantang. Jadi, saya ulangi lagi permainannya. PSone sudah tidak populer lagi. Akhirnya, aku jarang main PSone lagi. Aku pun meninggalkan game Harvest Moon: Back to Nature. Ada sih game Harvest Moon untuk PS 2, tetapi aku kurang terbiasa karena visualisasinya 3D, bisa melihat ke segala arah. Wkwkwkwkwk...

Setelah sekian lama, aku merindukan Harvest Moon lagi. T_T

Afraid of Failing

Pernah aku berkata kepada temanku, "Aku merasa belum pernah mengalami kegagalan, hidupku baik-baik saja. Aku takut jika suatu saat aku mengalami kegagalan, aku akan terpuruk karena tidak terbiasa dengan kegagalan."

"Am I a perfectionist?"
"I don't think so."

I like everything runs as I hope. I am afraid of failing. I don't have back up plan.

It doesn't matter how we fall down. The important thing is how we stand up from falling down.
(bener ga sih grammarnya?)

Yeah, it needs hard working. Mudah2an gw bisa melakukannya. Bismillah...

If I think I can, yes I can.

Shoulder to Cry

Life is full of lots of up and downs,
And the distance feels further when you're headed for the ground,
And there is nothing more painful than to let you're feelings take
you down,
It's so hard to know the way you feel inside,
When there's many thoughts and feelings that you hide,
But you might feel better if you let me walk with you
by your side,

And when you need a shoulder to cry on,
When you need a friend to rely on,
When the whole world is gone,
You won't be alone, cause I'll be there,
I'll be your shoulder to cry on,
I'll be there,
I'll be a friend to rely on,
When the whole world is gone,
you won't be alone, cause I'll be there.

All of the times when everything is wrong
And you're feeling like
There's no use going on
You can't give it up
I hope you work it out and carry on
Side by side,
With you till the end
I'll always be the one to firmly hold your hand
no matter what is said or done
our love will always continue on

Everyone needs a shoulder to cry on
everyone needs a friend to rely on
When the whole world is gone
you won't be alone cause I'll be there
I'll be your shoulder to cry on
I'll be there
I'll be the one you rely on
when the whole world's gone
you won't be alone
cause I'll be there!

And when the whole world is gone
You'll always have my shoulder to cry on....

***********************************************************************************
A shoulder to cry???
Yeah, I need it now. Entah mengapa saat ini ingin rasanya aku mengalirkan air mata dengan sangat deras. Aku merasa bahuku terasa berat menanggung beban. Kepalaku sakit karena memikirkan banyak hal. Aku tahu, aku tak boleh bergantung kepada manusia, hanya Allah sebagai tempat menggantungkan semua harapan. Akan tetapi, kadang aku merasa memerlukan bahu seseorang untuk menangis. Hanya sekedar menangis.

Aku selalu ingin orang beranggapan bahwa aku adalah orang yang kuat, tetapi sungguh kadang aku lelah untuk seperti itu. Aku adalah orang yang introvert, sangat jarang diriku curhat kepada orang lain. Bahkan beberapa temanku berkata, "Kayaknya enak ya jadi Erma, tampak ga punya masalah." Huh, itu sih karena kalian ga tau aja. -_-
Aku bahkan jarang cerita tentang masalahku kepada keluargaku, orang-orang yang seharusnya menjadi orang terdekatku. Orang tuaku sudah memikirkan terlalu banyak hal. Aku tak ingin membuat mereka khawatir, menambah beban mereka. Aku juga jarang bercerita kepada orang lain, aku tak ingin menyusahkan mereka dengan rengekanku. Setidaknya sekarang ini aku berusaha untuk membuka diri, mulai bercerita kepada beberapa orang terdekat dan menulis blog. Mungkin tulisan ini tidak terlalu pribadi dan tidak layak untuk dipublikasikan. Akan tetapi, dengan seperti ini aku merasa lebih ringan karena sedikit bebanku terasa berkurang. Setidaknya aku sudah sedikit menumpahkannya.

Aku selalu berusaha untuk menyemangati diriku sendiri dan orang lain dengan berkata, "Semangaaaaaaaaaaaaatttttttt!!!!" Namun, saat ini aku merasa hal tersebut tidak mempan. I really need a shoulder to cry on. Dahulu ada temanku yang bisa kujadikan pelampiasan emosiku. Aku suka menangis didepannya. Hanya menangis. Dia pun tak berkata apa-apa, tidak menanyakan apa yang terjadi denganku. Aku memeluknya dan aku merasa lebih baik. Aku tidak mengatakan apa-apa, tidak ada percakapan di antara kami mengenai hal yang membuatku menangis. Setelah itu, semua kembali seperti biasa, aku merasa lebih baik, kembali tersenyum. Kadang aku merasa perlu teman seperti itu. Namun, sekarang dia jauh. Dia tak lagi berada di dekatku. Aku tak bisa lagi menangis di hadapan orang lain. Kadang-kadang aku juga menangis sendiri, tak ada orang yang tahu. Akan tetapi, aku bosan seperti itu. Orang mungkin akan bertanya kenapa mataku sembab.