Rabu, 24 Maret 2010

Ujian

Minggu ini para siswa SMA, SMK, dan MA menempuh Ujian Nasional (UN). Kira-kira apa yang ada dalam pikiran mereka saat ini? Sejujurnya saya sudah lupa bagaimana rasanya menempuh UN. Namun, saya pikir UN tidak bisa disamakan dengan UAS saat kuliah. Mungkin lebih tepatnya UN dibandingkan dengan ujian kompre. Akan tetapi, saya juga tidak tahu ujian kompre seperti apa karena di program studi saya tidak ada ujian kompre.

Salah satu adik saya merupakan salah satu dari siswa yang sedang menempuh UN. Saat saya membuat tulisan ini, ia masih berkutat dengan latihan soal-soal matematikanya. Ia tampak bersungguh-sungguh. Sebagai kakaknya, saya merasa senang dan bangga dengan semangat yang ia miliki. Saya harap usahanya bisa membuahkan hasil yang baik.

Mungkin sedikit aneh mendengar kata 'hasil yang baik'. Kita lebih familiar dengan 'hasil yang bagus'. Menurut saya keduanya memiliki makna yang berbeda. 'Hasil yang bagus' lebih memiliki kesan nilai yang tinggi, di atas rata-rata atau bahkan nilai sempurna, tak perduli bagaimana cara yang ditempuh, sedangkan 'hasil yang baik' lebih berkesan nilai yang pantas diterima sesuai dengan usaha dan didapatkan dengan cara yang baik. Berkali-kali saya ingatkan adik saya agar menjalani UN dengan cara yang baik. Saya tidak menyuruh adik saya untuk mendapatkan nilai semaksimal mungkin, tetapi saya terus-menerus mengingatkannya untuk bersikap jujur dan jangan sampai tergoda untuk berbuat curang. Saya katakan kepadanya bahwa parameter kelulusan ujian ini bukan dari nilai yang tidak kurang dari standar kelulusan saja, tetapi juga berhasil atau tidaknya menahan godaan untuk tidak berbuat curang.

Saya pikir godaan yang dihadapi adik saya saat ini lebih besar daripada saya dahulu. Beberapa hari menjelang UN, mulailah bermunculan ajakan dari temannya untuk mengumpulkan uang untuk membeli kunci jawaban UN, tambah lagi banyak jarkom berkeliaran yang isinya kurang lebih berupa ajakan kerja sama dan himbauan untuk berkumpul di sekolah pagi-pagi sekali, padahal ujian dimulai pada pukul delapan. Hal-hal tersebut sama sekali tidak pernah terjadi kepada saya sebelumnya, mungkin juga karena saat itu saya belum memiliki telepon seluler.

Ia menceritakan kepada saya bahwa mayoritas temannya sibuk meributkan kunci jawaban. Beberapa menit sebelum ujian seharusnya digunakan untuk menenangkan pikiran dan membangun mental, bukannya malah meributkan kunci jawaban. Membuang2 energi bukan?

Ada satu hal lagi yang membuat saya kaget. Salah seorang teman saya di Facebook memberikan link bocoran UN. Saya coba klik link tersebut. Saya berkesimpulan bahwa kita bisa mengunduh kunci jawaban UN dari situs tersebut. Apakah hal tersebut benar-benar bisa dilakukan atau yang diunduh tersebut benar-benar kunci jawaban UN saya tidak tahu karena saya tidak berani untuk menelusurinya lebih jauh. Saya takut telepon seluler yang saya pakai untuk masuk ke situs tersebut dilacak atau disadap dan tiba-tiba saja nanti saya dicurigai sebagai pelaku kecurangan dalam UN. Imajinasi saya memang terlalu berlebihan, tetapi jika hal ini terjadi tentu saja adik saya yang akan terkena dampaknya. Kira-kira apa yang ada dalam pikiran kalian jika seorang kakak yang adiknya sedang menempuh UN memasuki situs seperti itu? Sewajarnya kalian mengira bahwa kakak tersebut mencoba untuk membantu adiknya dan kemudian kalian akan berkesimpulan bahwa sang adik melakukan kecurangan.

Sebenarnya hal-hal tersebut tidak terlalu aneh beberapa tahun ini. Beberapa tahun ke belakang selalu saya dengar berita di televisi mengenai kecurangan UN.

Ya Allah, lindungilah adikku dari godaan-godaan yang menyesatkan. Jagalah dia agar senantiasa berada di jalan yang lurus.
Amin...

*********************************

Apakah yang ada dalam pikiran kalian saat mendengar kata 'ujian'?

Sebagian besar mahasiswa atau pelajar pasti merasa horor atau ketakutan, perasaan menjadi tidak enak.

Apa yang kalian lakukan untuk menghadapi ujian?

Standarnya mahasiswa atau pelajar akan belajar, baik belajar mandiri atau berkelompok. Seperti yang diceritakan di atas, ada juga yang sibuk mencari kunci jawaban. Mungkin ada juga yang tekun membuat contekan dan rencana agar bisa mencontek dengan mulus. Saat semua usaha sudah dilakukan, sebagian orang mungkin akan memperbanyak ibadah untuk menyerahkan hasilnya kepada Yang Mahakuasa.

Target dalam ujian?

Hampir semua orang akan menjawab nilai yang bagus, kalau bisa nilai sempurna.

*********************************

Jawaban versi Erma Suwastika

Apakah yang ada dalam pikiran kalian saat mendengar kata 'ujian'?

Bad mood, deg2an, mengeluh, harus mengurangi waktu main.

Apa yang kalian lakukan untuk menghadapi ujian?

Belajar lah, tapi berhubung saya males biasanya belajarnya sistem kebut semalem dan biasanya semua potensi tuh muncul klo dah kepepet.
Tapi klo bener2 males sih kadang2 ga belajar.
Kadang2 suka ada yg ngajak belajar bareng, tapi kadang ikutan kadang juga ngga, tergantung mood.
Klo mau belajar bareng harus belajar dulu biar ga blank. Klo blm belajar dulu, lebih baik ga ikutan belajar bareng deh.

Target dalam ujian?

Ga harus dapet A sih, yg penting lulus.

*********************************

Setelah merenung, mungkin harusnya seperti ini.

Apakah yang ada dalam pikiran kalian saat mendengar kata 'ujian'?

Ujian adalah sarana untuk naik level.

Apa yang kalian lakukan untuk menghadapi ujian?

Ikhtiar dan tawakkal.
Tidak perlu tiba-tiba jadi rajin menjelang ujian. Belajar itu seharusnya tiap hari, jadi tidak perlu ada persiapan khusus (atau ekstrem bagi sebagian orang) untuk ujian.
Tidak berbuat kecurangan, bahkan jangan sampai muncul setitik kecil pun niat untuk berbuat curang.
Tawakkal menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. Bagus atau jelek itulah yang terbaik untuk kita. Siap mental untuk mendapatkan hasil apa pun.

Target dalam ujian?

Hasil semaksimal mungkin yang sesuai dengan usaha yang sudah dilakukan. Selain itu, lulus dari ujian moral, berhasil terhindar dari perbuatan curang. Apapun hasil yang diperoleh, jika tidak jujur, itu artinya tidak lulus.

*********************************

Teorema:

"Jika nilai lebih dari sama dengan standar minimal kelulusan dan jujur, maka lulus."

Bukti:

Obvious

Kamis, 11 Maret 2010

Cuma Missed Call

Missed call, sesuatu hal yang kecil, sepele, dan mudah untuk dilakukan. Terkadang kita melakukan missed call untuk mengisengi teman. Bisa juga sebagai tanda yang digunakan jika kita janjian dengan orang lain. Biasanya kita missed call jika kita sudah berada di tempat janjian. Selain itu, ada juga yang namanya "Tahajud call". Dalam hal ini, biasanya missed call digunakan untuk saling membangunkan antar teman pada dini hari dengan maksud untuk melakukan shalat malam.

Missed call memang hal yang mudah untuk dilakukan jika kita memiliki cukup pulsa dan sinyal mendukung. Cukup dengan search nama orang yang akan dituju di phone book, tekan tombol untuk menelepon, tunggu beberapa detik, dan tekan tombol untuk memutuskan telepon, tidak perlu menunggu sampai orang yang dituju mengangkat telepon. Selain mudah, missed call juga tidak mengurangi pulsa. Mudah sekali bukan? Berikut ini saya ceritakan pengalaman saya yang berhubungan dengan missed call.

Selasa malam saya bermaksud untuk mengerjakan revisi tesis saya. Saya harus mengerjakannya malam itu juga karena besoknya harus saya serahkan kepada dosen pembimbing, walaupun pada kenyataannya baru saya serahkan hari Kamis, alias hari ini. Hari Selasa tersebut saya sampai di rumah sore hari, saya merasa kelelahan setelah beraktivitas seharian di kampus. Saya pikir saya harus tidur terlebih dahulu sebelum mulai mengerjakan revisi tesis. Saya meminta adik saya untuk membangunkan pada pukul 9 malam. Akan tetapi, saya tidak bisa tidur sehingga sampai pukul 9 malam pun saya belum tidur sama sekali.

Pada pukul 10 saya memaksakan diri untuk bangun (walaupun sebenarnya saya tidak tidur). Kepala saya rasanya sakit dan badan rasanya lemas. Saya teringat bahwa saya belum makan malam. Setelah makan malam, belum juga muncul semangat untuk mengerjakan revisi. Akhirnya, saya malah buka Facebook, dengan harapan bisa menghilangkan kantuk. Akan tetapi, saya malah semakin mengantuk. Kemudian, saya melihat salah seorang teman saya baru update status. Itu menandakan bahwa dia sedang online. Saya kemudian menulis di wall teman saya tersebut yang kira-kira isinya meminta teman saya untuk me-missed call saya setengah jam lagi.

Setelah menulis di wall teman saya, saya pun tidur sambil membawa hand phone. Saya pun tertidur lelap.

Tiba-tiba saya terbangun dari tidur saya, kaget karena mendengar bunyi dering hand phone saya. Secara refleks, langsung saya matikan deringnya. Oh, ternyata teman saya yang missed call. Ternyata dia memenuhi permintaan saya. Karena saya bangun terkaget-kaget, pikiran saya menjadi fresh dan rasa kantuk hilang. Baiklah, saya mulai mengerjakan revisi tesis. Entah mengapa malam itu pikiran saya sangat jernih, ide-ide mengalir, inspirasi datang berbondong-bondong. Hal-hal yang selama berbulan-bulan tak saya pahami, tiba-tiba semuanya menjadi jelas pada malam itu. Hal yang selama ini saya anggap sangat sulit tiba-tiba menjadi mudah. Alhamdulillah, tesis saya bisa diselesaikan. Setidaknya saya menganggap itu selesai. Oh, saya sangat terharu.

Pagi harinya, saya menulis kembali di wall teman saya. Aku mengucapkan terima kasih kepadanya. Dia menjawab bahwa hal yang dia lakukan hanya sepele, cuma missed call. Akan tetapi, hal tersebut sangat berarti bagi saya, tesis saya, masa depan saya, dan rasa percaya diri saya. Jujur saja, saya sempat merasa tidak layak lulus karena merasa tesis saya belum selesai. Alhamdulillah, rasa percaya diri saya kembali.

Sebenarnya, ini semua karena Allah. Dia lah yang membuka pikiran saya, menghilangkan kantuk saya. Namun, caranya sangat sederhana, hanya menggunakan missed call. Mungkin banyak sekali hal sepele di dunia ini yang bisa menjadi hal yang sangat berarti bagi seseorang.

Terima kasih ya Allah, terima kasih wahai teman.

*************************************************************************************

Selain itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah berperan dalam penyelesaian tesis saya, baik berperan secara langsung, maupun tidak langsung. Terima kasih!!!

Mohon maaf, nama kalian tidak dicantumkan semuanya dalam prakata di buku tesis saya. Insya Allah kebaikan kalian akan dibalas oleh Allah SWT.