Kamis, 25 November 2010

Me and Myself

Di suatu sore di sebuah padang rumput, dua orang gadis bersandar di bawah pohon rindang. Angin berhembus sepoy-sepoy membelai wajah mereka. Gadis pertama memakai T-shirt berwarna merah, celana jeans, dan sepatu kets berwarna krem. Rambutnya pendek sebahu. Berbeda dengan gadis pertama, gadis kedua memakai blouse, rok pendek lebar dengan renda di bagian bawahnya, dan sepatu teplek. Semuanya berwarna biru. Rambutnya panjang sepinggang. Apakah si gadis kedua ini bobotoh Persib? 0_o Ternyata bukan. Bahkan gadis ini sama sekali tidak mengerti sepak bola. Yeah, biru adalah warna kesukaannya. Walaupun kedua gadis tersebut berbeda jauh dalam hal penampilan, wajah mereka sangat mirip, bahkan sulit dibedakan. Tentu saja, mereka adalah anak kembar. Mereka bukan kembar identik, karakter mereka pun berbeda jauh, bisa dikatakan bertolak belakang. Akan tetapi, perbedaan-perbedaan dalam diri mereka tidak membuat hubungan mereka renggang, justru mereka merupakan saudara yang sangat dekat dan saling melengkapi satu sama lain.

Juni, sang kakak, seorang gadis tomboy yang kekanak-kanakkan, selalu ceria dan berpikiran sederhana, baik hati, ramah, dan senang menolong orang lain. Juli, sang adik, feminin dan perfeksionis, bersikap lebih dewasa daripada sang kakak, sedikit paranoid dan mengkhawatirkan banyak hal, sangat menyukai warna biru. Mengapa mereka bernama Juni dan Juli? Yeah, Juni lahir pada bulan Juni, sedangkan Juli lahir pada bulan Juli. Kok bisa? 0_o Bukankah mereka anak kembar? Tepatnya 30 Juni pukul 23.45 dan 1 Juli pukul 00.15. Jelas? Dah ngerti sekarang?

Sepertinya pengenalan tokoh dicukupkan sampai di sini. Mari kita kembali ke bawah pohon di sebuah padang rumput. Juni dan Juli memejamkan mata mereka, menikmati hembusan angin yang sejuk. Tiba-tiba Juni membuka pembicaraan, "Juli, apakah kau pernah merasakan jatuh cinta."

Juli sedikit terhenyak mendengar pertanyaan sang kakak. "Hmmm, pernah," jawab Juli dengan ragu-ragu.

"Oh, yeah? Dengan siapa?" Juni sangat antusias mendengar jawaban adiknya. 

"Hmmm, aku tak ingin mengatakannya," jawab Juli sambil tertunduk.

Juni memandang Juli dengan keheranan. "Mengapa?"

"Kumohon Juni, aku tidak ingin membicarakannya." Juli menjawab dengan agak ketus. Walaupun Juni lebih tua darinya, dia tidak pernah memanggil Juni dengan sebutan 'Kakak'. Kelahiran mereka hanya berbeda tiga puluh menit.

"Hmmm, baiklah. Apakah kau marah kepadaku, Juli?" Juni bertanya dengan wajah cemas. Dia takut membuat adik tersayangnya marah. Dia sangat menyayangi Juli lebih dari dirinya sendiri.

"Juni, mengapa aku harus marah kepadamu? Kita adalah satu. Aku adalah kau dan kau adalah aku." Juli berkata sambil tersenyum kepada Juni. Dia merasakan kekhawatiran pada diri Juni. Dia tahu bahwa kakaknya adalah orang yang sangat perhatian kepadanya, bahkan lebih perhatian daripada orang tua mereka.

Juni tersenyum lega, "Mungkin karena pertanyaanku sebelumnya."

"Tidak, tentu saja aku tidak marah kepadamu," balas Juli, berusaha menenangkan sang kakak.

"Terima kasih, Juli. Maafkan jika aku bersalah kepadamu." Juni tersenyum dan membelai adiknya.

"Juni, kau tak perlu meminta maaf. Tak ada yang perlu dimaafkan." Juli pun membalas senyum Juni.

Matahari pun terbenam. Hari mulai malam. Akan tetapi, tidak terdengar burung hantu yang suaranya merdu. Mereka pun kembali ke rumah.

Ada hal yang sangat mengganjal di pikiran Juni. Mengapa Juli tertutup kepada dirinya, padahal selama ini mereka selalu berbagi hal apa pun? Tidak pernah ada yang ditutup-tutupi.

Malam itu Juni tak bisa tidur karena memikirkan hal tersebut. Ia merasa harus mencari tahu apa yang terjadi dengan adiknya. Kepada siapakah Juli jatuh cinta dan mengapa ia tak ingin membicarakannya?

Keesokan harinya, Juli kembali normal. Juni sama sekali tidak mencoba untuk membahas pembicaraan mereka kemarin. Begitu pula dengan hari-hari berikutnya, Juni tidak pernah menanyakan kembali pertanyaan yang sebelumnya ia tanyakan di bawah pohon di sebuah padang rumput. 
 
Tanpa sepengetahuan Juli, Juni berusaha mengumpulkan informasi mengenai siapa orang yang dicintai Juli. Ia bertanya kepada teman-teman Juli. Akan tetapi, tak seorang pun tahu. Tentu saja, ia adalah orang terdekat Juli. Jika dirinya saja tidak tahu, apalagi orang lain. Hal ini akan menjadi hal yang sulit bagi Juni. Akan tetapi, ia tak akan menyerah sampai ia tahu siapa orang yang dicintai Juli. Semangat!



*to be continued

**********************************************************************************

Hahahahaha... Gw membelah diri :))

Knp ceritanya jadi bersambung gini? Jadi cerber dong, bukan cerpen.
Mentok, asli ga tau mau nulis apa lagi. Idenya cuma sebatas percakapan di bawah pohon.
Sama sekali ga ada ide orang seperti apakah yg dicintai Juli, langkah apakah yg akan dilakukan Juni untuk mengungkap rahasia tersebut.
Sepertinya saya harus lebih sering lagi bercakap2 dgn diri sendiri untuk mendapatkan ide lagi. Fyuh!
Dalam cerpen ini gw mempartisi karakter gw menjadi 2 orang yg berbeda, tapi kembar, biar tetep jadi "Me & Myself". Tapi gw kepikiran juga buat bikin "My & Myself" ini versi psycho-nya. Jadi Me & Myself adalah satu orang dengan 2 kepribadian.

O ya, setelah dipikir2 lagi, ternyata tokoh Juni & Juli yg gw bikin ini mirip Tomomi dan Mikage di "Magic Girls", anime yg gw tonton waktu SD. Tomomi ama Mikage bisa telepati, tapi gw ga akan bikin Juni dan Juli bisa telepati juga.
Sebenarnya gw pingin tokoh anak kembar ini sebagai anak kembar yg aneh. Pgnnya sih mereka lahirnya di tahun yg berbeda, yg satu lahir 31 Desember dan satu lagi 1 Januari, tapi kayaknya terlalu ekstrem, jadi ga jadi. Terus kepikiran juga gmn klo yg satu lahirnya 28 Februari, satu lagi 1 Maret, jadi klo tahun kabisat, ulang tahun mereka beda 2 hari. Hahahahaha... Tapi ga jadi ah, kasihan. Lagian aku pgn nama mereka mirip, kepikiran deh untuk membuat mereka lahir di bulan Juni dan Juli. Hahahahahaha...

Awalnya gw pgn bikin cerita serius, biasa lah temanya cinta dan patah hati seperti 2 cerpen gw sebelumnya. Gw juga pgn ceritain setting lebih detail. Salah satu bagian yg gw bikin detail di awal adalah mengenai penampilan mereka, gw pgn menggambarkan perbedaan kepribadian mereka melalui pakaian. Di postingan gw sebelumnya, gw tulis dialog Me pake warna merah dan Myself pake warna biru. Jadinya gw kepikiran untuk membuat kostum mereka merah dan biru saat bercakap2 di bawah pohon. Akan tetapi, saat menggambarkan penampilan Juli, semuanya serba biru. Jadi kepikiran Persib deh. Eh, jadi ga serius deh... Heuheuheu...

 

Tidak ada komentar: