Kamis, 06 September 2012

Nyontek

Nyontek Temen

A: "Yakin jawaban temen loe bener?"
B: "Yakin." 
A: "Kalo tau mana yang bener, ngapain nyontek?"

Dapet Nilai Bagus Hasil Nyontek

A: "Bangga?"
B: "Bangga dong."
A: "Yakin hati loe ga nyesek?"



Jumat, 10 Februari 2012

Here I Am

Here I am this is me
There's no where else on Earth I'd rather be
Here I am it's just me and you
And tonight we make our dreams come true

It's a new world it's a new start
It's alive with the beating of young hearts
It's a new day it 's a new plan
I've been waiting for you
Here I am

Here we are we've just begun
And after all this time our time has come
Ya here we are still goin' strong
Right here in the place where we belong

Here I am next to you
And suddenly the world is all brand new
Here I am where I'm gonna stay
Now there's nothin standin in our way
Here I am this is me

**********************************************************************************

Have you ever listened to this song? This title is "Here I Am", by Bryan Adams. This song became the original soundtrack of an animation movie, "Spirit, The Stallion of Cimaroon". I really like this song, because I can feel the spirit of this song.

The movie itself is about a story of a horse. A horse? Yes, a horse. Even thought the main character of this movie is just a horse, not a human, but I could feel how this horse struggling for his life, his freedom. This horse is surely very though and I was so touched by this movie.

If a horse could be like that, why could not we, humans do that? Although it is just a movie, we can get the values from it.

Soba Goreng Tepung (???)

Pada suatu hari, saya merasa sangat lapar. Akan tetapi, tidak ada makanan yang bisa langsung saya makan di rumah. Saya mengobrak-abrik lemari di dapur. Siapa tahu saya bisa menemukan sesuatu yang bisa dimakan. Ternyata saya menemukan soba kering. Soba adalah salah satu jenis mie Jepang yang berwarna pucat.

Saya memutuskan untuk merebus soba tersebut dan untuk kuahnya, saya memakai sup instan yang juga berasal dari Jepang. Sup instan tersebut merupakan campuran antara ikan kering, rumput laut, dan kaldu yang berasal dari ikan. Saya hanya perlu menyeduhnya dengan air panas. Setelah soba tersebut agak mengembang, saya campurkan ke dalam kuahnya. Rasanya sedikit aneh bagi orang Indonesia seperti saya karena kuah sup instan tersebut memiliki aroma ikan yang sangat kuat. Rasanya juga tidak seenak makanan-makanan Indonesia yang sering saya makan.

Saya hanya memakai seperempat dari soba yang saya rebus untuk dicampurkan bersama kuah sup instan tersebut, sehingga masih tersisa 3/4 bagian. Karena saya tidak terlalu suka dengan kuah tersebut, tentu saja saya tidak ingin menghabiskan soba tersebut dengan dicampur kuah tadi. Akhirnya, saya memutuskan untuk memodifikasi soba tersebut.

Ibu saya menyarankan saya untuk memasukkan soba tersebut ke dalam adonan tepung terigu, sehingga hasilnya akan seperti bala-bala. Sepertinya ide tersebut cukup bagus, saya pun menuruti ide ibu saya tersebut. Saya juga menambahkan irisan daun bawang, merica bubuk, dan penyedap rasa ke dalam adonan tersebut. Setelah adonan tercampur rata, saya pun menggorengnya seperti layaknya bala-bala.

Ternyata rasanya lumayan enak, soba tersebut terasa renyah bila digoreng. Akan tetapi, sepertinya ada yang kurang. Mungkin akan lebih enak jika bala-bala soba ini dimakan dengan saus. Biasanya saya makan bala-bala atau gorengan lain dengan saus cabe kemasan. Kali ini saya ingin menggunakan saus yang berbeda dengan biasanya. Saya campurkan saus cabe kemasan dengan kecap manis, kemudian saya tambahkan juga sedikit madu, wasabi, dan furikake. Furikake adalah bahan taburan yang terbuat dari ikan kering, udang, rumput laut, dan wijen. Hmmm, ternyata rasanya enak. Padahal, awalnya saya mengira bahwa rasanya akan aneh karena saya tidak terbiasa menggunakan madu, wasabi, dan furikake.

Makan cemilan siang hari tidak lengkap tanpa ditemani minuman dingin. Saya pun berpikiran untuk membuat minuman yang tidak pernah saya buat sebelumnya. Saya menyeduh bubuk teh hijau dengan air es. Kemudian, saya tambahkan sedikit madu ke dalamnya. Hmmm, rasanya segar sekali.

Jumat, 18 Februari 2011

Good Bye 2010, Tears, and Painfull

Postingan pertama di tahun 2011.
Ingin sih posting sesuatu yang bermanfaat di sini, tetapi saya tidak punya ide untuk posting apa.
Ya, akhirnya seperti biasa, blog ini saya jadikan tempat curhat.
Kali ini saya ingin curhat apa ya?
Mau curhat aja kok bingung ya?

Tahun 2010 bisa dikatakan bukan tahun yang indah bagi saya.
Pada tahun tersebut emang sih saya diwisuda, harusnya hal tersebut menjadi momen yang berkesan yang tak akan terlupakan.
Wisuda memang hal yang indah, tetapi rasanya tidak sebanding dengan hal-hal sulit yang terjadi.
Saya merasa pada tahun tersebut lebih banyak duka daripada suka yang saya alami, atau mungkin saja saya sudah berubah menjadi orang yang berpikiran negatif.
Saya berharap kejadian-kejadian di tahun 2010 dapat menjadi pelajaran hidup dan membuat saya menjadi lebih dewasa.

Saya berharap di tahun 2011 ini hidup saya menjadi lebih berkualitas, walaupun sampai pertengahan Februari ini hidup saya belum menjadi lebih baik.
Akan tetapi, saya akan terus berharap bahwa hidup saya akan membaik.

Selamat tinggal 2010, air mata, dan rasa sakit...
SEMANGAAAAAAAAAAAAAATTTTTTTTTTT!!!!!!!!!!!!!!

Selasa, 28 Desember 2010

Orang Tua dan Anak

Mungkin banyak sekali cerita atau kejadian mengenai konflik antara orang tua dan anak, dari film atau sinetron, bahkan di dunia nyata. Saya ingin bercerita mengenai beberapa kisah konflik orang tua dan anak. Pada awalnya saya hendak memberi judul "Anak vs Orang Tua" pada tulisan ini. Akan tetapi, sepertinya terlalu ekstrem. Seakan-akan anak dan orang tua adalah musuh. Bagaimana pun juga mereka adalah orang tua dan anak, tak seharusnya bermusuhan. Okay, kisah ini bukan kisah mengenai saya, tetapi saya cukup mengetahui situasinya. Saya adalah orang luar dan saya mengambil sudut pandang si anak. Berhubung saya belum menjadi orang tua, jadi saya lebih mudah memahami perasaan si anak. Saya tidak mengetahui secara detail kisahnya, mungkin saya juga akan sedikit lebih mendramatisasi kisah ini.
*************************************************************************************

Kisah dimulai dengan sepasang suami istri yang sudah menikah sekitar lima tahun (tepatnya saya tidak tahu, saya hanya mengira-ngira saja). Sekian lama menikah, mereka belum juga dikaruniai anak. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengangkat anak. Anak tersebut perempuan dan masih memiliki hubungan darah dengan sang istri, yaitu keponakan sang istri, anak dari kakak sang istri.

Mereka berdua bahagia dengan kehadiran anak tersebut, terutama sang suami. Sang suami sangat memanjakan anak tersebut, semua keinginannya dipenuhi, sehingga anak tersebut menjadi anak yang manja. Setelah anak tersebut menginjak usia 9 tahun (saya juga hanya mengira-ngira), sang istri akhirnya hamil dan kemudian melahirkan anak laki-laki. Walaupun mereka sudah memiliki anak kandung, tetapi mereka tetap menyayangi anak angkat mereka.

Anak angkat mereka yang sudah lama jadi anak tunggal mungkin agak merasa mendapatkan saingan. Kadang ia bersikap egois dan tidak mau mengalah kepada adiknya. O iya, mereka tinggal di kampung halaman sang istri dan lebih dekat dengan keluarga sang istri. Keluarga besar sang istri sering berkumpul pada saat acara-acara besar seperti hari raya idul fitri. Saat keluarga besar berkumpul, sang anak angkat cenderung antisosial dan tidak bergaul dengan sepupu-sepupunya.

Ternyata setahun kemudian, sang istri melahirkan anak laki-laki lagi. Pada awalnya mereka merupakan keluarga bahagia. Namun, beberapa tahun kemudian sang suami ternyata selingkuh. Sang istri harus merawat anak-anaknya yang masih kecil sendirian karena sang suami jarang ada di rumah, yang lebih menyedihkan lagi nafkah dari sang suami berkurang, atau hampir tidak ada. Lebih parahnya lagi, sang suami mulai menjual harta istrinya tanpa sepengetahuan sang istri. Sang istri kadang harus mencari tambahan uang untuk membiayai anak-anak mereka. Beberapa kali ia mencoba membuka usaha, tetapi selalu kandas.

Keluarga sang istri tidak bisa membantu banyak, tetapi berusaha untuk menghibur dan mendukung sang istri. Keluarga sang istri kini sangat membenci sang suami dan menyalahkan si anak angkat karena tidak membantu ibunya. Saat ini sang anak angkat sudah berusia 16 tahun. Yeah, seharusnya dia berbakti kepada ibunya, walaupun bukan ibu kandung. Selama ini ibunya selalu merawat dan menyayanginya.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya akan mengambil sudut pandang sebagai sang anak. Selama sembilan tahun dia menjadi anak tunggal, selalu dimanjakan oleh orang tuanya. Apakah salah dia karena dia menjadi anak manja dan egois? Dia baru berusia 16 tahun, saat konflik menimpa keluarganya dia berusia lebih muda lagi. Menurut saya hal ini sangat berat untuk ditanggung oleh remaja putri berusia 16 tahun. Yeah, tau lah ya ABG kayak gimana. Saat teman-teman sebayanya menikmati hidup, dia menanggung sesuatu beban di pikirannya. Pasti kita sering mendengar kisah mengenai anak yang keluarganya berantakan. Tidak sedikit anak yang mengalami hal demikian terjerumus ke dalam hal-hal negatif (ga perlu saya sebutin lah ya). Udah untung tuh anak ga terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Kenapa sih si anak dipersalahkan? Dia memang tidak dipersalahkan atas kehancuran keluarganya, tetapi dia dituntut untuk meringankan beban ibunya. Memang tidak salah sih, memang sudah seharusnya sang anak berbakti. Namun, apakah kita juga tidak bisa memahami perasaannya? Dalam hal ini bukan hanya sang ibu yang menjadi korban dan satu-satunya yang harus dikasihani. Saya pikir mental sang anak sekarang pasti sudah terganggu. Si anak juga harus dikasihani dan diperhatikan. Oh come on, she's just a teenage girl with this kind of situation.

***********************************************************************************
Maaf, di akhir-akhir saya sedikit emosional. Wkwkwkwk...

Sometimes I

Sometimes I wanna quit.
Sometimes I wanna runaway.
Sometimes I can't stand with my life.
Sometimes I want the time stop for a while.
It's too fast.
I can't run with the time.
I am left behind.

Sometimes I wanna cry.
Sometimes I wanna scream.
Scream so loud, so everyone can hear me.
I am exist.
Yeah, I am exist.
But, sometimes I wanna hide.
Hide from the world.

I want the world see me cry.
I want everyone knows that I'm crying.
I want they know that I'm hurt so much.
I am bleeding, right in my heart.
Could I still be able to live.

Is my life suck?
I don't know.
Do I hate the world?
How can I?
Nothing, there's nothing.

***********************************************************************************

I think I'm mentally sick -_-

Kamis, 25 November 2010

Me and Myself

Di suatu sore di sebuah padang rumput, dua orang gadis bersandar di bawah pohon rindang. Angin berhembus sepoy-sepoy membelai wajah mereka. Gadis pertama memakai T-shirt berwarna merah, celana jeans, dan sepatu kets berwarna krem. Rambutnya pendek sebahu. Berbeda dengan gadis pertama, gadis kedua memakai blouse, rok pendek lebar dengan renda di bagian bawahnya, dan sepatu teplek. Semuanya berwarna biru. Rambutnya panjang sepinggang. Apakah si gadis kedua ini bobotoh Persib? 0_o Ternyata bukan. Bahkan gadis ini sama sekali tidak mengerti sepak bola. Yeah, biru adalah warna kesukaannya. Walaupun kedua gadis tersebut berbeda jauh dalam hal penampilan, wajah mereka sangat mirip, bahkan sulit dibedakan. Tentu saja, mereka adalah anak kembar. Mereka bukan kembar identik, karakter mereka pun berbeda jauh, bisa dikatakan bertolak belakang. Akan tetapi, perbedaan-perbedaan dalam diri mereka tidak membuat hubungan mereka renggang, justru mereka merupakan saudara yang sangat dekat dan saling melengkapi satu sama lain.

Juni, sang kakak, seorang gadis tomboy yang kekanak-kanakkan, selalu ceria dan berpikiran sederhana, baik hati, ramah, dan senang menolong orang lain. Juli, sang adik, feminin dan perfeksionis, bersikap lebih dewasa daripada sang kakak, sedikit paranoid dan mengkhawatirkan banyak hal, sangat menyukai warna biru. Mengapa mereka bernama Juni dan Juli? Yeah, Juni lahir pada bulan Juni, sedangkan Juli lahir pada bulan Juli. Kok bisa? 0_o Bukankah mereka anak kembar? Tepatnya 30 Juni pukul 23.45 dan 1 Juli pukul 00.15. Jelas? Dah ngerti sekarang?

Sepertinya pengenalan tokoh dicukupkan sampai di sini. Mari kita kembali ke bawah pohon di sebuah padang rumput. Juni dan Juli memejamkan mata mereka, menikmati hembusan angin yang sejuk. Tiba-tiba Juni membuka pembicaraan, "Juli, apakah kau pernah merasakan jatuh cinta."

Juli sedikit terhenyak mendengar pertanyaan sang kakak. "Hmmm, pernah," jawab Juli dengan ragu-ragu.

"Oh, yeah? Dengan siapa?" Juni sangat antusias mendengar jawaban adiknya. 

"Hmmm, aku tak ingin mengatakannya," jawab Juli sambil tertunduk.

Juni memandang Juli dengan keheranan. "Mengapa?"

"Kumohon Juni, aku tidak ingin membicarakannya." Juli menjawab dengan agak ketus. Walaupun Juni lebih tua darinya, dia tidak pernah memanggil Juni dengan sebutan 'Kakak'. Kelahiran mereka hanya berbeda tiga puluh menit.

"Hmmm, baiklah. Apakah kau marah kepadaku, Juli?" Juni bertanya dengan wajah cemas. Dia takut membuat adik tersayangnya marah. Dia sangat menyayangi Juli lebih dari dirinya sendiri.

"Juni, mengapa aku harus marah kepadamu? Kita adalah satu. Aku adalah kau dan kau adalah aku." Juli berkata sambil tersenyum kepada Juni. Dia merasakan kekhawatiran pada diri Juni. Dia tahu bahwa kakaknya adalah orang yang sangat perhatian kepadanya, bahkan lebih perhatian daripada orang tua mereka.

Juni tersenyum lega, "Mungkin karena pertanyaanku sebelumnya."

"Tidak, tentu saja aku tidak marah kepadamu," balas Juli, berusaha menenangkan sang kakak.

"Terima kasih, Juli. Maafkan jika aku bersalah kepadamu." Juni tersenyum dan membelai adiknya.

"Juni, kau tak perlu meminta maaf. Tak ada yang perlu dimaafkan." Juli pun membalas senyum Juni.

Matahari pun terbenam. Hari mulai malam. Akan tetapi, tidak terdengar burung hantu yang suaranya merdu. Mereka pun kembali ke rumah.

Ada hal yang sangat mengganjal di pikiran Juni. Mengapa Juli tertutup kepada dirinya, padahal selama ini mereka selalu berbagi hal apa pun? Tidak pernah ada yang ditutup-tutupi.

Malam itu Juni tak bisa tidur karena memikirkan hal tersebut. Ia merasa harus mencari tahu apa yang terjadi dengan adiknya. Kepada siapakah Juli jatuh cinta dan mengapa ia tak ingin membicarakannya?

Keesokan harinya, Juli kembali normal. Juni sama sekali tidak mencoba untuk membahas pembicaraan mereka kemarin. Begitu pula dengan hari-hari berikutnya, Juni tidak pernah menanyakan kembali pertanyaan yang sebelumnya ia tanyakan di bawah pohon di sebuah padang rumput. 
 
Tanpa sepengetahuan Juli, Juni berusaha mengumpulkan informasi mengenai siapa orang yang dicintai Juli. Ia bertanya kepada teman-teman Juli. Akan tetapi, tak seorang pun tahu. Tentu saja, ia adalah orang terdekat Juli. Jika dirinya saja tidak tahu, apalagi orang lain. Hal ini akan menjadi hal yang sulit bagi Juni. Akan tetapi, ia tak akan menyerah sampai ia tahu siapa orang yang dicintai Juli. Semangat!



*to be continued

**********************************************************************************

Hahahahaha... Gw membelah diri :))

Knp ceritanya jadi bersambung gini? Jadi cerber dong, bukan cerpen.
Mentok, asli ga tau mau nulis apa lagi. Idenya cuma sebatas percakapan di bawah pohon.
Sama sekali ga ada ide orang seperti apakah yg dicintai Juli, langkah apakah yg akan dilakukan Juni untuk mengungkap rahasia tersebut.
Sepertinya saya harus lebih sering lagi bercakap2 dgn diri sendiri untuk mendapatkan ide lagi. Fyuh!
Dalam cerpen ini gw mempartisi karakter gw menjadi 2 orang yg berbeda, tapi kembar, biar tetep jadi "Me & Myself". Tapi gw kepikiran juga buat bikin "My & Myself" ini versi psycho-nya. Jadi Me & Myself adalah satu orang dengan 2 kepribadian.

O ya, setelah dipikir2 lagi, ternyata tokoh Juni & Juli yg gw bikin ini mirip Tomomi dan Mikage di "Magic Girls", anime yg gw tonton waktu SD. Tomomi ama Mikage bisa telepati, tapi gw ga akan bikin Juni dan Juli bisa telepati juga.
Sebenarnya gw pingin tokoh anak kembar ini sebagai anak kembar yg aneh. Pgnnya sih mereka lahirnya di tahun yg berbeda, yg satu lahir 31 Desember dan satu lagi 1 Januari, tapi kayaknya terlalu ekstrem, jadi ga jadi. Terus kepikiran juga gmn klo yg satu lahirnya 28 Februari, satu lagi 1 Maret, jadi klo tahun kabisat, ulang tahun mereka beda 2 hari. Hahahahaha... Tapi ga jadi ah, kasihan. Lagian aku pgn nama mereka mirip, kepikiran deh untuk membuat mereka lahir di bulan Juni dan Juli. Hahahahahaha...

Awalnya gw pgn bikin cerita serius, biasa lah temanya cinta dan patah hati seperti 2 cerpen gw sebelumnya. Gw juga pgn ceritain setting lebih detail. Salah satu bagian yg gw bikin detail di awal adalah mengenai penampilan mereka, gw pgn menggambarkan perbedaan kepribadian mereka melalui pakaian. Di postingan gw sebelumnya, gw tulis dialog Me pake warna merah dan Myself pake warna biru. Jadinya gw kepikiran untuk membuat kostum mereka merah dan biru saat bercakap2 di bawah pohon. Akan tetapi, saat menggambarkan penampilan Juli, semuanya serba biru. Jadi kepikiran Persib deh. Eh, jadi ga serius deh... Heuheuheu...